Setiap host yang terhubung dengan jaringan TCP/IP akan
memiliki pengenal atau alamat berupa IP Address. IP Address ini, baik versi 4
atau versi 6 adalah sekumpulan bilangan desimal atau heksa desimal yang relatif
sukar diingat. Kondisi semacam ini dapat menimbulkan masalah bagi pengguna.
Apalagi jumlah host di internet sangat banyak.
Cara yang ditempuh untuk mengatasinya yaitu dengan melakukan
pemetaan IP Address menjadi hostname. Hostname atau nama host seperti openlab,
yahoo.com, mail.or.id lebih mudah dihapalkan daripada angka-angka. Apabila
seorang pengguna hendak mengakses server web, dia cukup menulis alamat situnya
saja. Misal tsc.muzi.wordpress.com, tidak perlu mengetikan IP Addressnya.
Ada dua cara yang digunakan untuk dapat memetakan seluruh IP
Address menjadi hostname, yaitu:
• Menggunakan
file host table
• Menggunakan
server DNS
Cara pertama sudah ada jauh sebelum DNS digunakan. Pada
mulanya setiap komputer yang terhubung ke internet wajib memiliki file host
table. File ini berisi daftar semua host dan IP address Internet. Contoh isi
file ini sebagai berikut:
Isi file terbagi
menjadi 3 kolom atau filed, yaitu:
• IP
address, berisi daftar seluruh IP address
• Hostname,
merupakan pemetaan IP address menjadi nama yang lebih mudah diingat
• Alias,
adalah nama pendek yang merupakan alias hostname
File host table biasanya bernama hosts. Pada sistem unix dan
linux file ini diletakkan di direktori/etc, yaitu /etc/hosts. Sedangkan pada
windows XP, file host ada di direktori windows, jika berada di data C:\ menjadi
C:\WINDOWS\system32\drivers\etc\hosts.
File hosts master atau induk disimpan disebuah server FTP
khusus. Agar tidak terjadi perbedaan antara file hosts master dengan file hosts
lokal. Administrator jaringan harus selalu mendownloadnya setiap kali ada
perubahan entry file hosts master. Cara ini lama-kelamaan menjadi kurang
efisien. Ketika internet semakin besar, proses update harus dilakukan cukup
sering dan ini akan merepotkan administrator. Belum lagi ukuran file semakin
besar, sehingga selama proses download dilakukan menyebabkan traffic meningkat.
Jika ada 1000 komputer yang tergabung dengan internet maka akan ada 1000
administrator yang melakukan download dan update file secarra simultan.
Pada tahun1981, munculah ide untuk menggantikan file hosts.
Ide ini kemudian dituangkan menjadi sebuah sistem yang disebut DNS (Domain Name
System). DNS merupakan sistem penanaman hirarki yang terdistribusi. Pada sistem
yang baru ini, tanggung jawab pemetaan IP Address , menjadi hostname akan
didistribusikan atau dikelola oleh banyak server. Sedangkan host lain yang
dikategorikan sebagai client, cukup meminta informasi dari server DNS
“terdekat” saja. Tidak perlu melakukan download file seperti yang terjadi pada
file hosts table.
Apabila client tidak memperoleh informasi yang diinginkan
dari server “terdekat”, maka server “terdekat” tersebut mencari informasi dari
server “tetangganya”. Demikian seterusnya hingga hostsname yang dicari dapat
diketahui IP address-nya (atau gagal).
DNS menggunakan prinsip penamaan hostname yang disebut nama
domain atau domainname. Struktur DNS berbentuk seperti pohon terbalik, bagian
paling atas disebut root (akar). Kemudian dibawah root ada toplevel domainname,
second domainname, dan seterusnya.
Dari gambar diatas dapat dilihat beberapa domainname,
kom2.openlab.net
kom2.openlab.net
kpc.piksi.net
……
Top level domain yang dipakai pada internet adalah singkatan
negara (geografis), contoh
ca Kanada
fr
Perancis
id
Indonesia
jp Jepang
uk Inggris
sedangkan di Amerika Serikat, top level domain ditentukan
berdasarkan organisasi
com organisasi
komersil
edu institusi
pendidikan
gov lembaga pemerintahan
net organisasi
pensupport network
org organisasi
lain yang tidak tergolong kelompok diatas
jumlah karakter maksimal yang boleh digunakan sebuah
domainname adalah 255 karakter (sudak termasuk karakter titik). Sedangkan jumlah
karakter maksimal yang boleh digunakan diantara titil yaitu 63 karakter.
Salah satu kelebihan DNS dibandingkan cara lama adalah
adanya “pembagian tanggung jawab” oleh bebeerapa buah server DNS. Setiap server
hanya peerlu mengelola domain masing-masing. Tidak ada sebuah server yang
bertanggung jawab mengelola seluruh domain. Jika sebuah client memerlukan
informasi IP Address yang tidak dapat diberikan oleh server yanag ada pada
domainnya, maka server akan “men-delegasikan-nya”kepada server lain mengikuti
prinsip top down. Artinya proses delegasi akan dimulai dari domain paling atas
hingga paling bawah, dari root topvel – second level – dan seterusnya. Sampai
IP Address yang diinginkan dapat ditemukan atau gagal. Hasil akhirnya akan
disampaikan kembali kepada client yang meminta informasi tesebut. Kondisi
semacam ini kebih menjamin keandalan dan efisiensi.
Saat ini ada 13 server DNS induk yang disebut root NS. Root
NS ini sebagian besar ada di Amerika Serikat. Selain Root NS tentu saja masih
banyak server-server DNS yang tersebar di domain-domain. Sebagai contoh, domain
openlab.net memiliki sebuah server DNS yang khusus digunakan untuk mengelola
hostsname pada domain-nya saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar